Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah pemain judi online di Indonesia sangat tinggi. Beberapa sumber menyebutkan angka yang bervariasi, namun semuanya menunjukkan skala masalah yang besar:
- Jumlah Pemain: Menko Polkam Budi Gunawan menyatakan ada 8,8 juta warga yang bermain judi online sepanjang tahun 2024. PPATK juga melaporkan angka yang signifikan, dengan 2,37 juta pelaku judi online, di mana 2% di antaranya adalah anak-anak di bawah 10 tahun (sekitar 80.000 anak).
- Perputaran Uang: Perputaran uang dalam judi online di Indonesia sangat fantastis, mencapai ratusan triliun rupiah. Pada kuartal pertama 2024 saja, jumlah transaksi judi online mencapai Rp 100 triliun, dan perputaran uang terkait judi online di tahun 2023 mencapai Rp 327 triliun. Angka ini mengindikasikan bahwa praktik ini masih sangat marak dan ada dugaan pencucian uang di dalamnya.
- Dampak Sosial: Judi online tidak hanya berdampak pada kerugian finansial, tetapi juga memicu berbagai masalah sosial seperti peningkatan angka perceraian, masalah kesehatan mental, hingga kasus kejahatan.
Opini Publik Mengenai Legalisasi Judi Online
Meskipun banyaknya individu yang terlibat dalam judi online, hal itu tidak secara otomatis mencerminkan dukungan terhadap legalisasinya.
Survei opini publik, baik di Indonesia maupun di negara lain, seringkali menunjukkan penolakan yang kuat terhadap legalisasi perjudian daring:
- Penolakan Mayoritas: Umumnya, masyarakat menyadari dampak buruk judi online yang meluas ke berbagai aspek kehidupan. Survei di Thailand, misalnya, menunjukkan 69% responden menolak legalisasi judi online. Meskipun tidak ada angka spesifik untuk Indonesia yang mudah ditemukan, tren serupa kemungkinan besar terjadi mengingat kuatnya nilai-nilai sosial dan agama yang menentang perjudian.
- Fokus pada Pemberantasan: Pemerintah dan berbagai pihak berwenang di Indonesia, seperti Satgas Pemberantasan Judi Online, Kominfo, dan PPATK, secara aktif melakukan upaya pemberantasan, pemblokiran situs, hingga penindakan hukum. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan resmi negara adalah melarang dan memberantas judi online, bukan melegalkannya.
- Kerugian Ekonomi dan Sosial: Banyak pihak, termasuk ekonom dan pengamat sosial, menyoroti kerugian ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh judi online. Uang yang seharusnya berputar dalam perekonomian produktif justru hilang dalam aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, bahkan merusak.
Mengapa Legalisasi Sulit Diterima?
Beberapa alasan utama mengapa legalisasi judi online di Indonesia sulit diterima oleh mayoritas publik dan pemerintah:
- Dampak Negatif yang Nyata: Judi online terbukti menyebabkan ketergantungan, masalah keuangan, kehancuran rumah tangga, dan bahkan memicu kejahatan. Masyarakat sangat merasakan dampak langsung maupun tidak langsung dari fenomena ini.
- Nilai Agama dan Moral: Di Indonesia, perjudian secara umum sangat bertentangan dengan ajaran agama mayoritas dan norma sosial yang berlaku.
- Perlindungan Masyarakat Rentan: Legalisasi dikhawatirkan akan semakin membuka pintu bagi masyarakat, terutama kalangan rentan dan anak-anak, untuk terjerumus dalam lingkaran perjudian.
Meskipun ada jutaan orang yang aktif bermain judi online di Indonesia, ini lebih mencerminkan tantangan besar dalam penegakan hukum dan literasi digital, daripada dukungan terhadap legalisasi. Justru sebaliknya, maraknya judi online ini semakin memperkuat argumen bagi banyak pihak untuk menolak legalisasinya dan memperketat pemberantasannya.